Mau ketemuan sama gebetan?? pastikan dulu kalau gigi anda bebas dr plak. Senyuman anda akan makin mempesona jika gigi anda sehat… tapiii kalau gigi anda berplak, hemmm it’s so really disgusting,right? . ya ditulisan ini saya akan menjelaskan kenapa yak plak itu bisa tumbuh di gigi kita dan tentukan akan menggangu penampilan…selamat membacaa…

Plak adalah lapisan tipis dan lengket tempat mikroorganisme tertanam  yangmelekat di permukaan gigi sebagai akibat dari sisa makanan yang tidak sempurna dibersihkan dan terakumulasi. Plak tidak dapat dihilangkan dengan berkumur melainkan dengan disikat atau di flossing.

Proses pembentukan plak meliputi tiga tahap yaitu pembentukan pelikel, kolonisasi dan pengerasan. Pelikel adalah lapisan tipis dari protein air ludah yang melekat pada permukaan gigi sesaat setelah gigi dibersihkan.  Pelikel memberikan perlindungan pada gigi dari asam, tetapi ia juga menyediakan tempat yang lengket sehingga bakteri mudah menempel. Bakteri yang mudah menempel pada permukaan luar pelikel terutama adalah bakteri Streptococcus mutans dan Streptococcus sanguis (http://www.enzim.com/index.php/enziclopedia/item/plak-gigi?category_id=19, dikases tanggal 18 Mei 2012 jam 19.30 WIB).

ImagePembentukan koloni bakteri terjadi jika kebersihan gigi tidak terjaga dengan baik dan bakteri lain juga dapat bergabung dengan mudahnya. Jika plak tidak dibersihkan, akan terakumulasi dan mengeras menjadi karang gigi (kalkulus).

Streptococcus terbagi ke dalam empat kelompok spesies yaitu anginosus, mitis, mutans, dan salivarus. Kelompok mutans terdiri dari S.mutans, S.criteritus, S.rattus, S.dawneii, S.macacea, dan S.sobrinus.  Hanya S.mutans dan S.sobrinus saja yang ada di dalam mulut manusia, sedangkan  bakteri lainnya ada di dalam mulut hewan. S.mutansdibagi lagi menjadi 3 bagian berdasarkan serotipenya yaitu serotipe c  yang hidup di plak manusia, serotipe e di karies gigi, dan serotipe f di plak aak-anak yang memiliki resiko karies gigi.

S.mutans ditemukan oleh J.Killian Clarke pada tahun 1924 melalui isolasi pada karies (lubang gigi) yang dalam. S.mutans adalah bakteri yang berbentuk bulat, gram positif, nonmotil  (tidak bergerak), diameternya 0,5-2µm, berantai pendek, tidak membentuk spora, berkembang biak pada suhu 180-400C, dan flora normal dalam rongga mulut.  Jika kita ingin mengisolasi bakteri ini dan menempatkannya di media yang solid, maka bentuknya akan terlihat runcing, kasar, dan membentuk koloni. S.mutans menghaslkan CO2 jika diinkubasi selama 48 jam di suhu 370C.

S.mutans merupakan bakteri anaerob fakultatif yang memproduksi asam laktat sebagai hasil metabolismenya. Ia merupakan bakteri yang bersifat asidogenik yaitu mampu menghasilkan asam, asidodurik yang mampu tinggal di lingkungan asam dan menghasilkan polisakarida yang lengket (dekstran). Dekstran ini mendukung bakteri-bakteri lain untuk ikut menempel di permukaan gigi dan akan menghasilkan asam juga yang bisa melarutkan email gigi.

Metabolisme S.mutans meningkat pada pH rendah, sedangkan laju metabolisme bakteri lain yang juga hidup di dalam plak justru melambat.  Hal yang dapat menyebabkan metabolisme S.mutans meningkat pada pH rendah adalah adanya sistem daya proton yang digunakan untuk transport nutrisi yang menembus dinding sel pada lingkungan dengan pH rendah dan kadar glukosa tinggi, yang diatur oleh kandungan ion hidrogen yang meningkat pada keadaan asam ( Hamilton dan Marthin 1982 at Simon L). Dengan demikian, S.mutans dikatakan sebagai bakteri utama pembentuk plak gigi.

Ada 2 enzim yang dihasilkan oleh S.mutans , yaitu :

  • Glukosyltransferase (GTF), enzim ini mensintesis dekstran ekstraseluler (glukan) dari sukrosa. Glukan tersebut memiliki ikatan glikosidik α 1→3 yang tidak larut dalam air, berfungsi dalam perlekatan dan peningkatan koloni bakteri yang erat kaitannya dengan pembentukan plak dan karies gigi. Tidak salah jika dokter gigi melarang kita untuk sering makan makanan yang manis seperti permen,coklat, gula pasir,sirup, dan soft drink, mengingat adanya sukrosa tersebut.
  • Fruktosyltransferase, bertugas untuk membentuk fruktan (levan). Levan ini akan disimpan di dalam tubuhnya dan akan dipecah kembali jika karbohidrat eksogenik berkurang, jadi bakteri ini dapat emnghasilkan asam terus-menerus.

S.sanguis menyintesis glukan ekstraseluler dengan ikatan glikosidik α 1→6 yang larut dalam air sehingga penempelan bakteri ini ke pelikel gigi bersifat lemah dan tidak mampu membentuk koloni. Tetapi, S.mutans akan mengubah ikatan glikosidik α 1→6 menjadi α 1→3 dengan menggunakan enzim endohidrolitik dekstranase.

 Dekstran ekstraseluler yang menutupi koloni S.mutans dapat mengurangi aktifitas antibakteri pada saliva. Plak menghambat difusi asam ke saliva sehingga asam tinggi di permukaan enamel gigi. Kondisi ini menyebabkan demineralisasi yaitu suatu proses pelarutan enamel gigi (keluarnya mineral Ca2+  dan PO42- ).  Demineralisasi merupakan tahapan awal pembentukan karies gigi.

 Plak yang mengeras akan membentuk karang gigi (calculus),radang gusi, dan karies. Ciri- ciri karang gigi adalah permukaan kasar, berwarna kuning sampai kehitaman, keras dan susah dihilangkan dengan sikat gigi. Radang gusi (gingivitis) ditandai dengan gusi tampak kemerahan, agak membengkak, dan mudah berdarah saat menggosok gigi. Radang gusi tidak menimbulkan rasa sakit dan perdarahan gusi akan berhenti sendiri dalam waktu relatif singkat. Dengan demikian, tidak aneh jika banyak orang yang mengabaikan penyakit ini. Jika radang gusi dibiarkan saja, akan berlanjut menjadi radang jaringan penyangga gigi (periodontitis) dan lama kelamaan dapat menyebabkan gigi goyah, akhirnya tanggal. Sangat disayangkan jika pasien harus dicabut giginya akibat penyakit periodontal padahal giginya dalam keadaan utuh (tidak berlubang). Karies gigi merupakan penyakit multifaktoral yang terjadi selama beberapa kurun waktu, rusaknya jaringan keras gigi seperti enamel, dentin, dan sementum.  Proses karies berlangsung ketika pH rongga mulut <5,5 . S.mutans akan merusak enamel gigi, untuk jangka waktu yang panjang gigi bagian luar akan berlubang. Ketika gigi sudah berlubang, maka bakteri lain seperti Lactobasillus sp dan Actinomyces sp akan masuk. Lactobasillus sp akan membuat karies gigi menjadi lebih parah.

 Saliva mengandung protein, asam amino, peptida, urea, fosfat, kalsium, dan bikarbonat yang berfungsi sebagai buffer. Buffer  ini bisa membersihkan gigi dari sisa makanan dan meyeimbangkan asam yang dapat melarutkan enamel. Ketika kita mengkonsumsi makanan manis, maka pH rongga mulut akan menjadi asam, dan saliva akan mengembalikannya ke level normal. Unsur-unsur antimikroba seperti lysozyme, lactoferrin, dan sialoperoxidase membantu mengontrol jumlah koloni bakteri dan jamur.  Produksi saliva menurun ketika kita sedang tidur.  Oleh karena itu, sangat disarankan untuk menggosok gigi terutama sebelum tidur.

 Rajin sikat gigi  (terutama sebelum tidur) dengan pasta gigi yang mengandung fluor akan membantu mencegah pembentukan plak. Hal ini diakrenakan akan ada proses remineralisasi yaitu ion fluor akan berikatan dengan apatit yang ada di permukaan enamel gigi sehingga menghasilkan gugus fluor apatit yang menjadika enamel tahan terhadap demineralisasi asam. Fluor menghambat sistem enzim bakteri dengan cara mempengaruhi jenis polisakarida ekstraseluler dan menghasilkan efek germisidal yang menghambat kolonisasi mikroorganisme di permukaan gigi.

 Hindari merokok. Asap panas yang terhisap mengakibatkan rongga mulut menjadi lebih kering sehingga mendukung pertumbuhan bakteri anaerob dalam plak. Tar dalam rokok juga dapat diendapkan pada permukaan gigi dan akar gigi sehingga permukaan ini menjadi lebih kasar dan mempermudah perlekatan plak.

 Sumber :

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29771/3/Chapter%20II.pdf

http://mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/streptococcus-mutans_31.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21332/3/Chapter%20II.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29325/4/Chapter%20II.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26763/5/Chapter%20I.pdf

http://usupress.usu.ac.id/files/Menuju%20Gigi%20dan%20Mulut%20Sehat%20_Pencegahan%20dan%20Pemeliharaan__Normal_bab%201.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22422/4/Chapter%20II.pdf

http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/128119-R17-PER-195-Hubungan%20kebiasaan-Literatur.pdf

http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/62076572.pdf

http://www.tanyapepsodent.com/5-kebiasaan-buruk-penyebab-plak-gigi